assalamu 'alaykuuummmm

mariii...mariii....silahkan masuk....ni blog baru jd isinya lum berbbobot,,,hehehehe

shanyyyy

shanyyyy

Senin, 12 April 2010

RESEP

R E S E P
• Resep  permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien yang biasanya dilengkapi dengan aturan pemakaiannya.
• Resep yang baik  resep yang ditulis dengan jelas dan dapat dibaca. Tulisanyang sukar dibaca sangat rawan terhadap kesalahan yang berbahaya.
• Secara etika  Kertas resep warna putih dengan ukuran minimal 11 x 17 cm.
SK Menkes No. 26/Menkes/Per/1981, Bab III pasal 10 tentang persyaratan resep, memuat:
• Nama, alamat, no.telp, & No. Izin praktek dokter ybs
• Tempat dan tanggal penulisan resep Inscriptio
• Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
• Nama obat atau komposisi resep (bentuk sediaan, dosis, jumlah obat  Prescriptio
• Petunjuk pemakaian  Signatura
• Tanda tangan atau paraf dokter  subscriptio
• Tanda seru (!) dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya >DM
• Nama pasien
• Umur dan alamat pasien (jika perlu)
• Untuk resep dari dokter hewan harus tercantum jenis hewan, nama pemilik dan alamat.

Bagi penderita yang segera memerlukan obatnya,biasanya pada kanan atas dari resep ditulis :
• Cito = segera
• Citiss = citossime = sangat segera
• P.i.m = periculum in mora = bahaya bila ditunda
• Urg = urgens = mendesak keadaannya
• Stat. = statim = saat itu juga
• Tanda lain : p.p. (pro paupure) = u/orang miskin
Iter (iteretur) = supaya diulang  obat TBC, kejang, obat sakit jiwa
Bagian-bagian resep
• Inscriptio : memuat identitas dokter penulis resep, SIP, alamat, kota, tanggal dan tanda R/
• Prescriptio : Inti resep, nama obat, bentuk sediaan obat (BSO), dosis dan jumlah obat
• Signatura : tanda yang harus ditulis pada etika nama pasien dan petunjuk pemakaian
• Subscriptio : tanda tangan atau paraf dari dokter
Resep yang rasional :
• Tepat diagnosis/indikasi
• Tepat obat
• Tepat dosis
• Tepat cara dan waktu pemberian
• Tepat bentuk sediaan yang dipilih
• Tepat penderita
Dampak penggunaan obat yang tidak rasional
• Memberikan preskripsi yang boros
• Menggunakan obat yang salah indikasi
• Menggunakan obat lebih dari yang diperlukan
• Menggunakan obat yang berlebih
• Menggunakan obat yang relatif tidak aman/kurang efektif
Menurut AMA (American Medical Association), obat atau resep yang rasional adalah :
• Mengandung tidak lebih dari 3 komponen aktif dari golongan farmakologi yang berbeda, atau tidak mengandung lebih dari 1 komponen aktif dalam setiap golongan farmakologi yang sama
• Setiap komponen aktif terdapat dosis yang efektif dan aman, serta mempunyai efek terapeutik dalam mengobati penyakit
• Kombinasi obat diberikan untuk menangani gejala yang kompleks
• Kombinasi obat mempunyai nilai terapeutik untuk mengatasi gejala sesuai tipe dan tingkat keparahan
• Memperhitungkan interaksi obat yang merugikan antara komponen obat
Cth resep :

Rabu, 07 April 2010

milih milih GSM yang good buat internetan

fiuhhhh....sekarang lg online pake modem HP w910, lumayan c, tp kartu yg aq pake telkomsel. kalo ga pake sinyal 3g, biaya nya pake telkomsel GPRS (semalam dah nukar 10000 bwt 35MB), tp lemoooot banget. trus coba deh pake jaringan 3G nya....lumayan cepet c...tp mesti milih paket dulu, karena pulsa pas2an makanya coba yg 350/menit. kirain bs pake paket flash yang dah ditukar...hmmmmm lumayan mahal juga. 20 menit dah 6 ribu lebih pulsa melayang..hehehe.. makanya mutusin buat pake GPRS aj lagi...

tar mo coba pake xl, kata tmen c jaringan xl bagus...katanyaaaa...tp ga tau jg. ni br mo isi pulsa.

ngantuk ahhh...bobo ciank dulu

Selasa, 06 April 2010

interaksi alfa bloker dengan obat lain

Adrenergika dapat dibagi ke dalam dua kelompok menurut titik kerjanya di sel – sel efektor dari organ ujung yakni reseptor alfa dan beta. perbedaan antara kedua jenis reseptor ini didasarkan atas kepekaannya bagi adrenalin, noradrenalin (NA), dan isoprenalin. Reseptor alfa lebih peka bagi NA, sedangkan reseptor beta lebih sensitive bagi isoprenalin.
Diferensiasi lebih lanjut dapat dilakukan menurut efek fisiologinya, yaitu dalam alfa-1 dan alfa-2. Pada umumnya, stimulasi dari masing-masing reseptor itu menghasilkan efek-efek sebagai berikut:
- alfa-1: menimbulkan vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antara lain sekresi liur dan keringat,
- alfa-2: menghambat pelepasan NA pada saraf-saraf adrenergic dengan turunnya tekanan darah. Mungkin pelepasan ACh di saraf kolinergis dalam usus pun terhambat sehingga antara lain menurunkan peristaltik.
Adrenoresptor α1 terletak di pascasinaps. Aktivasinya pada beberapa jaringan (misalnya otot polos, kelenjar saliva) memicu vasokonstriksi atau sekresi kelenjar. Adrenoreseptor α2 terletak pada terminal saraf noradrenergik.
Alfa – bloker menurunkan tonus arteriol dan vena, menyebabkan penurunan resistensi perifer dan hipotensi. Alfa – bloker menyebabkan reflex takikardia, yang lebih hebat dengan obat – obat nonselektif yang juga memblok reseptor prasinaps α2 pada jantung., karena pelepasan norepinefrin yang terjadi menstimulasi reseptor β jantung selanjutnya. Prazosin, suatu antagonis α1 selektif, menyebabkan takikardia yang relatif ringan.
Obat – obat golongan alfa – bloker terbagi kedalam tiga kelompok yakni alfa-bloker nonselektif (derivate haloalkilamin antara lain fenoksibenzamin, derivate imidazolin antara lain fentolamin dan tolazosin, serta alkaloid ergot), alfa 1-bloker selektif (derivate kuinazolin seperti prazosin) dan alfa-2 bloker selektif (yohimbin).
Interaksi utama dari alpha blockers adalah yang berkaitan dengan peningkatan efek hypotensive. Sejak diperkenalkannya alfa bloker selektif ditemukan bahwa, dalam beberapa individu, mereka dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang cepat pada awal pengobatan (juga disebut 'efek dosis pertama' atau 'hipotensi dosis pertama').
Fenomena dosis pertama yaitu hipotensi postural yang hebat dan sinkop yang terjadi antara 30-90 menit setelah pemberian dosis pertama. hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan darah yang cepat pada posisi berdiri akibat mula kerja yang cepat tanpa disertai reflex takikardia sebagai kompensasi, bahkan diperkuat oleh kerja sentral yang mengurangi aktivitas simpatis. Fenomena ini juga terjadi pada peningkatan dosis yang terlalu cepat atau pada penambahan anti hipertensi kedua pada pasien yang telah mendapat alfa 1-bloker.
Resiko ini mungkin lebih tinggi pada pasien yang telah menggunakan obat antihipertensi lain. Efek dosis pertama telah dikurangi dengan memulai pengobatan pada dosis yang sangat rendah dari alfa blocker, dan kemudian perlahan-lahan dosis ditingkatkan selama beberapa minggu. Efek hypotensive serupa dapat terjadi ketika dosis alfa bloker ditingkatkan, atau jika pengobatan terputus untuk beberapa hari dan kemudian kembali digunakan. Beberapa pabrik menyarankan memberi dosis pertama ketika istirahat, atau jika tidak, menghindari tugas-tugas yang berpotensi berbahaya jika sinkop terjadi (seperti mengemudi) untuk 12 jam pertama. Jika gejala seperti pusing, kelelahan atau berkeringat mulai timbul, pasien harus diperingatkan untuk berbaring, dan tetap berbaring datar sampai gejala itu benar-benar mereda.
Tidak jelas apakah ada perbedaan nyata antara alfa
blocker dalam kecenderungan nya menyebabkan efek dosis pertama ini. Kecuali indoramin, postural hipotensi, sinkop, dan pusing merupakan efek samping dari alpha blockers yang tersedia di Inggris dan bagi kebanyakan
disarankan bahwa mereka harus dimulai dengan dosis rendah dan dititrasi
sesuai kebutuhan. Tamsulosin dilaporkan memiliki beberapa selektivitas untuk subtype reseptor alfa 1A , yang kebanyakan ditemukan dalam prostat, dan karena memiliki lebih sedikit efek pada tekanan darah: karena itu titrasi awal dari dosis tidak dianggap perlu. Namun demikian, akan lebih bijaksana jika berhati-hati dengan semua obat dalam kelas ini.
Alpha bloker juga digunakan untuk meningkatkan laju aliran urin dan memperbaiki gangguan gejala pada hiperplasia prostat jinak.
Dalam makalah ini kami membatasi pembahasan mengenai interaksi obat golongan alfa-1 bloker dengan diuretic. Khususnya dalam penggunannya sebagai antihipertensi.
Alfa-1 bloker pertama digunakan sebagai antihipertensi berdasarkan blockade reseptor α dan vasodilatasi semua pembuluh perifer dengan akibat menurunnya tekanan darah. Meski bukan merupakan obat pilihan utama, prazosin dan doxazosin banyak digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang, bila diuretika dan β – bloker kurang efektif.
Alfa-bloker merupakan satu-satunya golongan antihipertensi yang memberikan efek positif terhadap lipid darah (menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida, dan meningkatkan kolesterol HDL). Alfa bloker juga menurunkan resistensi insulin, mengurangi gangguan vascular perifer memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan mengurangi serangan asma akibat latihan fisik, merelaksasi otot polos prostat dan leher kandung kemih sehingga mengurangi gejala-gejala hipertrofi prostat, tidak mengganggu aktivitas fisik, dan tidak berinteraksi dengan AINS. Karena itu, alfa-bloker dianjurkan penggunaannya pada penderita hipertensi yang disertai diabetes, dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer, asma, hipertofi prostat, dan perokok.
Prazosin, dan yang kerjanya lebih panjang seperti doxazosin menyebabkan vasodilatasi dengan menghambat secara selektif adrenoreseptor alfa-vaskular. Tidak seperti alfa-bloker nonselektif, obat ini tidak menyebabkan takikardia tetapi dapat menyebabkan hipotensi postural. Hipotensi berat bisa terjadi setelah dosis pertama. Prazosin dan doxazosin meredakan gejala hyperplasia prostat sehingga diindikasikan pada pasien hipertensi dengan kondisi tersebut.
Semua alfa-1 bloker memberikan efek samping yang sama, yakni hipotensi ortostatis atau hipotensi postural (reaksi ‘first dose’) yang terjadi khusus pada permulaan terapi dan setelah peningkatan dosis. Efek samping ini dapat dihindari bila dimulai dengan dosis rendah dan berangsur – angsur menaikkannya, juga dengan minum dosis pertama sebelum tidur.
Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi farmakokinetik. Pada interaksi farmakokinetik terjadi perubahan kadar obat obyek oleh karena perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah. tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat.
A. Interaksi dengan alfa-blocker
Penggunaan alfa-bloker sebagai obat antihipertensi jika dikombinasikan dengan diuretic akan meningkatkan efek antihipertensinya, namun dapat menyebabkan hipotensi postural. Kedua golongan obat ini menunjukkan kerja yang sinergistik.
Sebagaimana yang diharapkan, pemakaian suatu alfa bloker dengan diuretic dapat menghasilkan efek hipotensif yang aditif, tetapi terlepas dari efek hipotensi dosis pertama, hal ini sepertinya merupakan interaksi yang menguntungkan bagi penderita hipertensi.
a. Alfuzosin
Tidak ada interaksi farmakokinetik yang terjadi antara Alfuzosin 5 mg dengan Hidroklortiazid 25 mg di dalam suatu studi terhadap 8 subjek sehat. Pabrikan mencatat bahwa hipotensi postural dapat terjadi pada pasien yang menerima antihipertensi ketika memulai Alfuzosin.
b. Doxazosin
Pabrikan mencatat bahwa tidak ada interaksi efek sampingterlihat antara doxazosin dan thiazid atau furosemid. Bagaimanapun, pabrikan menyatakan bahwa pemakain doxazosin yang lebih besar dari 4 mg per hari meningkatkan efek samping yang tidak diinginkan seperti hipertensi postural dan sinkop.



c. Indoramin
Pabrikan menegaskan bahwa penggunaan bersama dengan diuretic dapat meningkatkan aksi hipotensi, dan titrasi dosis diuretic dapat atau mungkin dibutuhkan.
d. Prazosin
Efek hipotensi dosis pertama dapat terjadi dengan alfa-bloker seperti prazosin dapat diperburuk oleh beta-bloker dan penghambat kanal kalsium tetapi tidak terlihat adanya fakta klinik terhadap diuretic. Bagaimanapun, pabrikan menyarankan bahwa hal yang paling utama bahwa pasien dengan gagal jantung kongestif yang mendapat perawatan diuretic kuat sebaiknya diberi dosis awal prazosin pada saat tidur dan dimulai pada dosis terendah (500 mikrogram, 2 – 4 x sehari). Alasannya adalah tekanan pengisian ventrikel kiri dapat berkurang pada pasien ini dan menghasilkan gagal jantung dan tekanan darah sistemik. Tidak ada alasan untuk menghindari penggunaan bersama jika hal ini diperhatikan.
b. Alfa – Bloker dengan Calsium channel Blocker ( CCB)
Tekanan darah dapat turun secara drastis jika CCB diberikan pertama kepada pasien yang akan diberikan alfa bloker ( seperti prazosin dan terazosin) dan sebaliknya. Dalam sebuah studi kecil, tamsulozin tidak memilki efek yang cocok dalam pengontrolan tekanan darah sebaik jika diberikan nifedipin. Verapamil dapat meningkatkan nilai AUC prazosin dan terazosin. Alfa bloker dan CCB dapat dikombinasikan untuk penambahan penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Gejala klinik
• Dihydripiridin CCB
1. Doxazosin.
Walaupun ada kecenderungan penurunan tekanan darah untuk dosis pertama tanpa efek yang buruk atau gejala yang terlihat pada 6 orang subjek lainnya yang diberikan obat dalam jenis yang berlawanan. Tidak ada interaksi farmakokinetik yang ditemukan . Industri di US mencatat terjadi sedikit interaksi farmakokinetik (kurang dari 20%) yang ditemukan dalam farmakokinetik pada nifedipin dan doxazosin ketika diberikan bersama-sama. Diharapkan tekanan darah lebih turun ketika diberikan bersama-sama.
2. Prazosin
Dalam placebo control, dilakukan studi pada 12 orang hipertensi yang diberikan nifedipin 20mg dan prazosin 2 mg dalam 1 hari. Penggunaan secara bersama-sama dapat mempengaruhi tekanan darah lebih daripada jika diberikan sendiri-sendiri, tapi ketika prazosin diberikan setelah nifedipin efeknya ditunda. 2 pasien ketika diberikan prazosin 4 atau 5 mg menghasilkan penurunan tekanan darah yang tajam lebih singkat setelah pemberian nifedipin sublingual. Salah satu dari mereka merasa pusing dan penurunan tekanan darahnya dari 232/124 mmHg menjadi 88/48 mmHg selama 20 menit setelah penambahan nifedipin sublingual lebih kecil ( berarti penurunan dari 25/12 mmHg ketika duduk dan 24 / 17 mmHg ketika berdiri). Ini tidak menjelaskan apakah pemberian prazosin memberikan efek yang terlihat dengan nifedipin secara sublingual , sejak percobaan tidak diulangi dengan menggunakan placebo prazosin, tapi tekanan darah pasien ini lebih cepat tinggal dan tidak terganti 1 jam setelah pemberian prazosin tunggal. Catatan bahwa sublingual nifedipin tunggal dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang berbahaya.
3. Tamsulosin
Dalam studi dengan placebo pada 8 orang pria hipertensi dengan tekanan darah yang dikontrol dengan nifedipin, penambahan tamsulosin 400mcg sehari / hari selama 7 hari setelah itu 800 mcg setiap hari selama 7 hari, tidak memiliki efek yang relevan pada tekanan darah. Pada penambahan, tidak ada penurunan tekanan darah pada dosis pertama yang terlihat pada hari pertama pemberian tamsulosin, atau ketika dosis tamsulosin ditingkatkan.
4. Terazosin
Analisis terdahulu pada studi besar pada pemberian terazosin 5 atau 10mg setiap hari ditemukan bahwa terazosin hanya efektif pada tekanan darah pasien yang diberikan CCB ( amlodipin,felodipin, fluronizin, isodipin, nifedipin) ketika tekanan drastis tidak dikontrol. Tidak ada perubahan tekanan darah yang terlihat dengan tekanan darah normal (tanpa hipotensi dan dengan hipertensi yang diberikan CCB). Efek yang paling tidak baik yang paling umum adalah dalam 10 minggu terazosin yaitu sakit kepala dan studi menunjukkan penurunan pada pemberian antihipertensi (13 – 16%) daripada tanpa pemberian antihipertensi ( 21-25%).
• Diltiazem
Industri US mencatat bahwa ketika diltiazem 240 mg setiap hari diberikan dengan alfuzosin 2,5 mg setiap hari kadar plasma maksimal dan AUC alfuzosin ditingkatkan 50% dan 30%, masing-masing , dengan kadar serum maksimal dan AUC diltiazem ditingkatkan 40%, tidak ada perubahan tekanan darah yang terlihat.
• Verapamil
1. Prazosin
Pada studi 8 subjek tekanan darah normal diberikan dosis tunggal 1 mg prazosin ditemukan konsetrasi puncak plasma prazosin meningkat 85% ( dari5,2 menjadi 9,6 nngr/ml) dan AUC prazosin ditingkatkan 62% ketika diberikan dalam dosis tunggal 160 mg verapamil.Tekanan darah pada saat berdiri ,yang tidak berubah setelah pemberian verapamil tunggal dan 114/82mmHg – 99/81mmHg dengan prazosin tunggal , dan diturunkan menjadi 89/68 mmHg ketika 2 obat ini diberikan bersama.Interaksi farmakokinetik yang sama dicatat dalam studi lain dengan pasien hipertensi. Dalam studi ini, dosis pertama 1 mg prazosin tunggal menyebabkan 25 mmHg pada tekanan darah systole, dan setengah pasien ( 3 atau 6) mangalami gejala hipotensi. Penurunan yang sama dalam tekanan darah terlihat ketika pemberian prazosin 1 mg diberikan pada 6 pasien yang telah diberikan verapamil selama 5 hari dan 2 pasien mengalami gejala hipotensi.
2. Tamsulosin
Studi pada keamanan tamsulosin, dengan perhatian pada penggunaan obat lain,ditemukan bahwa penggunaan verapamil ditingkatkan resiko efek samping pada pengobatan dengan tamsulosin 3 x. Penggunaan CCB lainnya ( tidak spesifik ) tidak menunjukkan peningkatan efek samping, walaupun mengarah kepada peningkatan hipotensi.
3. Terazosin
Ketika pemberian verapamil 120 mg,2x sehari ditambahkan terazosin 5 mg sehari pada 12 pasien hipertensi, kadar plasma puncak dan AUC terazosin ditingkatkan 25%. Kontrasnya, 12 pasien lainnya yang diberikan 120 mg verapamil 2xsehari, pada penambahan terazosin ( 1mg menjadi 5 mg sehari) tidak ada efek farmakokinteik verapamil. Kedua golongan obat ini pada pasien memiliki efek penurunan yang nyata pada tekanan darah ketika mereka diberikan kedua obat ini pertama kali. Gejala hipotensi (tidak lebih dari 3 minggu) terjadi pada 4 pasien ketika verapamil diberikan pertama sebelum terazosin, dan pada 2 pasien ketika terazosin diberikan pertama sebelum verapamil.
Mekanisme
Tidak dimengerti dengan jelas ini memperlihatkan efek vasodilator,pada alfa bloker dan CCB yang dapat ditambahkan atau sinergisme, setelah pemberian dosis pertama. Penurunan dalam tekanan darah terlihat dengan prazosin dan verapamil, yang menghasilkan interaksi farmakokinetik, interaksi antara alfazosin dan diltiazem. Tamsulosin mungkin memilki efek kecil pada tekanan darah.
Perhatian dan Pengaturan
Interaksi antara CCB dan alfa bloker dapat memperlihatkan kepastian dan efek klinik yang penting walaupun dokumentasinya terbatas. Penambahan efek hipotensi dapat terlihat ketika penggunaan pertama dimulai, masing –masing alfuzosin, bunazosin, prazosin, dan terazosin). Ini direkomendasikan pada pasien yang telah diberikan CCB yang dosisnya diperkecil dan mulai dengan dosis kecil alfa bloker, dengan dosis pertama setelah tidur. Perhatian juga diberikan ketika CCB ditambahkan untuk memastikan pengobatan alfa bloker pasien akan diingatkan tentang kemungkinan hipotensi yang berlebihan, dan diberitahukan apa yang harus dilakukan jika mereka merasa lemah dan pusing. Ada batas gejala tanda terazosin dan tamsulosin yang tidak disebabkan pada penambahan efek hipotensi dalam batas lebih panjang.
c. Alpha blockers + ACE inhibitors
Efek hipotensi dosis pertama yang hebat, dan efek hypotensive sinergis terjadi pada seorang pasien yang mengkonsumsi enalapril setelah diberi bunazosin telah direplikasikan pada subyek yang sehat. efek Dosis pertama dilihat dengan kombinasi alpha blockers lain (terutama alfuzosin, prazosin dan terazosin) juga kemungkinan akan diperkuat oleh ACE inhibitor. Dalam satu penelitian kecil tamsulosin tidak punya efek klinis yang relevan pada tekanan darah yang sudah dikendalikan dengan baik oleh enalapril.
Bukti klinis
Ketika diberi enalapril 10 mg atau bunazosin 2 mg,
tekanan darah pasien berkurang 9,5/6,7 mmHg setelah 6 jam. ketika
bunazosin diberikan satu jam setelah enalapril tekanan darah turun
27/28 mmHg, dan masih turun 19/22 mmHg, bahkan ketika dosis enalapril
dikurangi menjadi 2,5 mg.
Mekanisme
Efek Dosis pertama alpha blockers mungkin ditingkatkan oleh ACE inhibitor. Tamsulosin mungkin tidak berpengaruh pada tekanan darah karena memiliki selektivitas untuk reseptor alfa dalam prostat.
Pentingnya dan pemakaian
Informasi langsung terbatas. hipotensi akut (pusing, pingsan)
kadang-kadang terjadi tak terduga pada dosis pertama dari beberapa alpha blockers (khususnya, alfuzosin, prazosin dan terazosin) dan ini dapat berlebihan jika pasien menggunakan atau sudah menggunakan
beta blocker atau penghambat kanal Ca. Karena itu akan tampak bijaksana untuk menerapkan kewaspadaan yang sama untuk
ACE inhibitor, yaitu mengurangi dosis ACE untuk pemeliharaan
tingkat jika mungkin, kemudian memulai alfa blocker pada dosis terendah,
dengan dosis pertama diberikan pada waktu tidur..
d. Alpha blockers + Beta blockers
Risiko hipotensi dosis pertama dengan prazosin lebih tinggi jika
pasien sudah menggunakan beta blocker. Ini juga dapat timbul pada alpha blockers lain, terutama alfuzosin, bunazosin dan terazosin. Dalam sebuah penelitian kecil tamsulosin tidak punya efek klinis yang relevan pada tekanan darah yang sudah baik dikendalikan oleh atenolol. Alfa blocker dan beta blocker dapat digabungkan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Bukti klinis
(a) Alfuzosin
Tidak ada interaksi farmakokinetik terjadi antara alfuzosin 2,5 mg dan
atenolol 100 mg dalam dosis tunggal pada penelitian dengan 8 subjek sehat. Pabrik mencatat bahwa postural hipotensi dapat terjadi pada pasien yang menerima antihipertensi ketika mereka mulai menggunakan alfuzosin, mereka juga mencatat di mana kombinasi dosis tunggal 2,5 mg dan alfuzosin atenolol 100 mg menyebabkan penurunan yang signifikan pada denyut jantung dan tekanan darah. AUCs dari kedua obat meningkat hingga sekitar 20% ,
(b) doxazosin
Produsen doxasozin menyatakan bahwa tidak ada interaksi obat yang merugikan antara doxazosin dan beta blockers, meskipun mereka perhatikan bahwa reaksi merugikan yang paling umum berkaitan dengan doxazosin adalah sebuah hipotensi tipe postural. Mereka secara khusus mencatat bahwa doxazosin telah diberikan dengan atenolol dan propranolol tanpa bukti dari interaksi yang merugikan
(c) Indoramin
Produsen Indoramin menyatakan bahwa penggunaan bersamaan dengan beta blocker dapat meningkatkan aksi hypotensivenya, dan bahwa titrasi dari dosis beta bloker mungkin diperlukan ketika memulai therapy.
(d) Prazosin
Sebuah reaksi hypotensive ditandai (pusing, pucat, berkeringat) terjadi dalam 3 dari 6 pasien hipertensi yang memakai alprenolol 400 mg dua kali sehari ketika mereka diberi 500 mikrogram pertama dosis prazosin. Seluruh 6 pasien mengalami penurunan lebih besar pada tekanan darahnya setelah dosis pertama prazosin daripada
setelah 2 minggu pengobatan dengan prazosin 500 mikrogram tiga kali sehari tanpa beta bloker (22/11 mmHg berarti penurunan dibandingkan dengan 4 / 4 mmHg). Selanjutnya 3 pasien sudah menggunakan prazosin 500 mikrogram tiga kali sehari tidak biasa tekanan darah jatuh ketika mereka diberikan dosis pertama alprenolol 200 mg.7 Dua penelitian telah menunjukkan bahwa farmakokinetik prazosin tidak terpengaruh baik oleh alprenolol atau propranolol. Keparahan dan durasi pertama-efek dosis prazosin juga ditemukan meningkat dalam subjek sehat yang diberikan dosis tunggal propranolol.
(e) Tamsulosin
Dalam studi terkontrol plasebo pada 8 pria hipertensi dengan tekanan darah baik dikendalikan oleh atenolol, penambahan tamsulosin 400 mikrogram setiap hari selama 7 hari, kemudian 800 mikrogram setiap hari lagi selama 7 hari, tidak memiliki efek yang relevan secara klinis pada tekanan darah (dinilai setelah 6 dan 14 hari dari tamsulosin). Tidak ada hipotensi terlihat dengan dosis pertama tamsulosin atau ketika dosis tamsulosin ditingkatkan.
(f) Terazosin
Analisis retrospektif multinasional besar studi pada pasien yang diberikan terazosin 5 atau 10 mg per hari menemukan bahwa hanya terazosin mempengaruhi tekanan darah pasien yang memakai beta blockers (atenolol, labetalol, metoprolol, sotalol, dan timolol) jika tekanan darah tidak terkontrol. Tidak ada perubahan tekanan darah terlihat pada mereka dengan tekanan darah normal (yaitu orang - tanpa hipertensi dan mereka yang hipertensi dikendalikan oleh beta blockers). Yang paling umum efek yang merugikan dalam 10 minggu terazosin
Fase pusing, dan insiden ini tampaknya lebih rendah di
mereka yang memakai antihipertensi (13 dengan 16%) dibandingkan mereka yang tidak (21 hingga 25%).
Mekanisme
Respon kardiovaskular normal (sebuah kompensasi meningkatkan output jantung dan rate) yang harus mengikuti dosis pertama reaksi hypotensive alfa blocker tampaknya terganggu oleh kehadiran beta blocker. Masalah biasanya hanya berlangsung singkat karena beberapa kompensasi fisiologis yang terjadi dalam beberapa jam atau hari, dan ini memungkinkan tekanan darah diturunkan tanpa jatuh drastis. Tamsulosin mungkin telah kurang efeknya pada tekanan darah karena memiliki beberapa selektivitas untuk reseptor alfa di prostat.
Pentingnya dan manajemen
Beberapa pasien mengalami hipotensi postural akut,
tachycardia dan palpitasi ketika mereka mulai menggunakan prazosin
atau alpha blockers (terutama alfuzosin, bunazosin dan terazosin). Beberapa pasien bahkan tiba-tiba pingsan dalam waktu 30 sampai 90 menit, dan ini dapat diperburuk jika mereka sudah menggunakan beta blocker. Disarankan bahwa mereka yang telah menggunakan
beta blocker harus menurunkan dosis beta bloker nya menjadi
dosis pemeliharaan dan dimulai dengan dosis rendah alpha blockers ini, dengan dosis pertama diambil sesaat sebelum pergi tidur. Mereka juga harus diperingatkan tentang kemungkinan hipotensi postural dan bagaimana untuk menggunakannya (yaitu berbaring, mengangkat kaki dan bangun perlahan-lahan). Demikian pula, saat menambahkan beta blocker ke alfa blocker, mungkin bijaksana untuk mengurangi dosis alfa blocker dan re-titrate diperlukan. Ada bukti terbatas bahwa terazosin dan tamsulosin mungkin tidak menyebabkan efek hypotensive tambahan dalam jangka panjang pada pasien dengan BPH yang memiliki hipertensi yang telah dikontrol dengan baik dengan beta blocker. Namun demikian, kehati-hatian harus dijalankan dalam situasi ini, dan pengurangan dosis beta bloker mungkin diperlukan.


hmmmm...ni foto keluarga baru ku di apoteker UNHAS 2009...kalo ga barebg mereka...mungkin kuliah ku akan terasa menjenuhkan, tp untung saja teman2 kelasku isinya adalah orang2 yang gokil...

disisni ada berbagai karakter....yang kesemuanya menyatu menghasilkan lingkungan yang menyenangkan...luv them so much...